Banuwangi- Banyuwangi merupakan Kabupaten yang terkenal akan Budayanya di beberapa desanya. Salah satunya di Desa Olehsari Kecamatan Glagah Banyuwangi, merupakan salah satu dari desa di Banyuwangi yang memiliki adat yang sangat kental, yaitu Seblang Olehsari. Di Banyuwangi sendiri ada 2 adat Seblang yaitu Seblang Olehsari dan Seblang Bakungan. Pelaksaan Seblang Olehsari sendiri dilaksanakan setelah hari raya Idhul Fitri tepatnya 7 hari sesudah Lebaran, Tarian yang dibawakan seorang gadis dalam keadaan tidak sadar tersebut dikenal dengan tarian Seblang Olehsari.
Tarian tersebut dilakukan selama tujuh hari berturut-turut pada bulan
Syawal di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi.
Penentuan waktu dan siapa yang akan menarikan tarian yang berusia
ratusan tahun tersebut melalui proses 'kejiman' atau kerasukan yang
dialami oleh tetua di Desa Olehsari, Banyuwangi. Penari saat itu bernama Fadiah Yuliati siswa kelas 3 SD N 1 Glagah yang menggantikan sepupunya Saudah yang sudah menikah.
Persiapan dimulai sekitar pukul 13.00 WIB. Fadiah, sang penari
berdandan di rumah tetua adat. Seluruh tubuhnya dilumuri dengan lulur
warna kuning atau dikenal dengan nama "atal".
Tidak seperti penari pada umunya, penggunaan make up sangat
minimalis. Hanya bedak tipis, perona mata, dan lipstik. Setelah
menggunakan kain panjang dan menggunakan kemben, Diah begitu
panggilannya menutupi kepala dan wajahnya dengan kain panjang.
Lalu mereka bersiap di jalan desa dengan rombongan keluarga yang akan
mengiringi penari Seblang menari. Seorang dukun membakar dupa dan
seorang perempuan tua membawa makhkota Seblang yang terbuat dari pupus
daun pisang, yang diletakkan di atas sebuah nampan.
Selanjutnya rombongan tersebut berjalan menuju pentas Seblang yang
terletak di tengah Desa Olehsari. Ratusan orang telah menunggu
kedatangan penari. Di bawah payung agung, ritual tari tradisi Seblang
dimulai.
Penari Seblang menari mengelilingi payung Agung diiringi sekitar 45
gending atau lagu. Penari juga mengajak penonton untuk menari dengan
melemparkan selendang ke kerumunan masyarakat.
Siapa yang terkena selendang wajib naik ke atas pentas dan ikut
menari bersama seblang. Sementara itu saat gending yang dimainkan
Kembang Dirmo, penari Seblang menjual bunga yang berisi 3 kuntum bunga
yang dirangkai di bambu kecil.
Masyarakat percaya bunga tersebut memiliki khasiat untuk keselamatan,
keberuntungan, rejeki dan tolak bala. Harga yang dijual adalah Rp 5.000
untuk dua bilah bambu berisi bunga.
"Masyarakat sini percaya kalau minum rendaman bunga ini agak terjaga keselamatannya, banyak rejekinya, dan juga enteng jodoh.
Iidak berhenti disitu saja, setelah 7 hari berturut-turun penari seblang harus dimandikan dengan air 7 ember berisikan bekas mahkota yang dipakainya saat menari. Tidak hanya penari seblang saja namun semua anggota keluarga keturunan seblang harus duduk dalam kursi yang sudah disiapkan untuk dimandikan oleh tetua yang biasah disebut dengan pawang seblang.
setelah acara pemandian atau pensucian diri dari roh seblang selesai, masyarakat setempat mengambil sisa-sisa air dalam ember dengan menggunakan botol aqua untuk dibawa pulang dan digunakan untuk membasuh muka. Mereka percaya air trsebut dapat menyembuhkan penyakit dan lain lain.




0 komentar:
Posting Komentar